Rabu, 31 Maret 2010

BAB 4 - Cobaan CINTAKu

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi Bulan, ku lalui hari-hariku untuk Jamilah. Segala Penantian dan harapanku ku korbankan, demi dirinya yang aku cinta. Waktu, tenaga, dan Materi semua ku relakan demi dirinya. harapan Hampa kegagalan terus menghantui perjuangan cintaku padanya. Tapi, semuanya tetap tidak menggoyahkan hatiku demi Jamilah
Tapi, Dunia Berkata Lain. Di kala Bulan Keenam, ku kenal dengannya. Ada kabar bahwa Jamilah sedang Dekat dengan sahabat Karibku “Hasan Huda Ash-Shoddiq” (Huda), sahabat yang selalu menemaniku kemanapun ku pergi, sahabat tempat curhatku berani-beraninya mendahuluiku, mengkhianatiku, dengan Berpacaran dengan Jamilah.
Memang ku akui ini murni kesalahanku, aku salah tidak berani cerita kepada siapapun, termasuk kepada “Hasan Huda Ash-Shoddiq” jika aku ini sedang Jatuh Cinta pada Jamilah. Aku pun juga salah, kenapa selama ini aku tidak pernah menyapa jamilah, mencoba dekat dengannya, berbicara padanya. Memang bodohnya aku, kenapa ku simpan cinta ini hanya di hati saja. Tololnya aku kenapa aku tidak berani menyatakan cintaku pada Jamilah.
Mengetahui berita Dekatnya Hubungan Jamilah dengan Huda, hatiku panas dibakar api cemburu, tapi apa hakku ? memang Jamilah bukan apa-apaku. Ku caci maki diri ini atas segala kesalahan dan perbuatan Bodohku, yang tidak mau menyatakan cintaku pada Jamilah. “Mungkin, Jamilah lebih Pantas dengan Huda, Huda yang masih kelas satu SMP saat itu dan Jamilah yang masih kelas 3 SD, terasa cocok apabila pacaran. Dekatnya jarak tingkatan sekolah, mungkin memang lebih pantas huda dibandingkan dengan aku yang sudah kelas satu SMA, jauhnya Umur dan Tingkatan Sekolah memang mungkin akan lucu apabila aku yang pacaran dengan Jamilah.” Perkataan itu terus menerus Menghantui benakku.
Tak terasa, hubungan Ali dan Jamilah makin mesra, sekarang mereka berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya, untuk Ketemuan. Bahkan, mereka juga tidak segan-segan tidak masuk (bolos) untuk janjian ketemuan.
Suatu kala, RasaCintaku benar-benar diuji. Di kala Huda dan Jamilah berjalan bersama, Ku tak kuasa melihat tangan halus Jamilah, didekap oleh Huda, begitu pula saat tangan Huda memegang Pipi jamilah. Bahkan, saat mereka duduk bersamaan, mereka tidak segan-segan menunjukan kedekatan hubungan mereka.dengan sering bersuapan makanan. Begitu mesranya, tapi ku buang jauh-jauh rasa kebencian itu, karena aku memang sayang dengan jamilah.
Bahkan, yang lebih tragisnya setiap Malam si sahabatku Huda selalu menceritakan hubungannya dengan Jamilah, dia curhat denganku tentang bagaimana Jamilah ? ya yang namanya Sahabat Bagaimana Lagi, aku tetap mendukung Huda, karena Aku masih berusaha kuat menyimpan Rahasia cinta ini. Sehingga, setiap hari setiap waktu, Huda selalu menceritakan Kemesraannya dengan Jamilah paginya, yang memang sebenarnya itu memanaskan Hatiku ini. Tapi, harus ku sadari bahwa Huda benar-benar tidak tahu, bahwa aku juga mencintai Jamilah.
Hari-hariku kini benar seperti diterpa BaDai, tiada Hari tanpa melihat kemesraan Huda dan Jamilah, tiada malam tanpa mendengar cerita Huda dan Jamilah. Ini benar-benar Ujian yang sangat sulit, yang tidak mampu ku lewati. Tapi, aku berusaha sabar dan terus berjuang menghadapi cobaan ini.
Kesabaranku beralih menjadi khawatir, tatkala pada saat Jamilah dan Huda sedang bermesraan ketahuan salah seorang guru dari SD, memang sudah pernah aku bilangi huda, “jangan sampai bolos sekolah, karena kalian berdua masih mempunyai tanggungan menuntut ilmu”
Tapi nasehatku seolah tak berarti, mereka lebih mementingkan Nikmatnya cinta monyet demi indahnya menuntut ilmu. hingga akhirnya karena sering Huda meninggalkan jam pelajaran untuk berduaan, hingga Jamilah pun dipanggil ke kantor SD, ia dimarahi oleh semua dewan guru SD, aku khawatir kondisi psikis jamilah saat itu. “Sedihkah dia, Takutkan dia?” karena, hatiku pun juga akan sakit tatkala hatinya sakit, aku pun turut bersedih apabila dia bersedih, ketakutannya juga merupakan ketakutanku.
Masalah Jamilah berbuntut panjang, hingga Orang tua Jamilah dipanggil Ke Ma;had, begitu datang Ibu Jamilah menasehati dan menghimbau Jamilah agar Fokus pada Sekolah. Dan, menghimbau agar tidak pacaran dulu.
Hingga, muncullah keputusan Jamilah yang sebenarnya menyenangkan hatiku. yaitu "Memutuskan Huda". memang awalnya senang sih hatiku, tapi setelah melihat kemurungan Jamilah. hatiku serasa ikut menangis

to be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar